Home » » Jumlah Banyak, Kerja Sedikit..

Jumlah Banyak, Kerja Sedikit..


Hari ini kita melihat jumlah ikhwah multazimin yang banyak, sampai-sampai kita bisa melihat di satu kota, ada ratusan ikhwah di sana! Meski jumlah mereka luar biasa, namun jika Anda mencoba untuk menghitung jumlah personal yang aktif, bersungguh-sungguh, dan penuh semangat, sehingga pantas disebut sebagai aktivis Islam, niscaya anda akan mendapati jumlah mereka tidak mencapai puluhan orang. Bahkan Anda dapat menghitung dengan mudah dan menyebutkan nama-nama mereka..

Lalu, mana kerja, usaha, dan sumbangsih sekian ribu multazim itu?! Mana dakwah, hisbah, dan jihad mereka?!

Mereka mengambil peran sebagai penonton, tak lebih. Mereka merasa cukup sekedar telah berpindah dari jahiliyah kepada Islam.. Setelah itu, mereka berhenti di titik ini, tidak ingin meninggalkannya, tidak berhasrat untuk meningkat ke titik berikutnya, bahkan untuk sekedar mempersiapkan diri mereka sendiri sehingga nantinya mereka sanggup melangkah dan memberikan sumbangsih dalam pelbagai bidang amal islami.

Jika salah seorang dari mereka Anda tanyai; apa sumbangsih mereka kepada Islam, apa amal yang telah mereka kerjakan di jalan dien ini, dan apa yang telah mereka persembahkan kepada jamaah sejak mereka beriltizam sampai hari ini, mereka pun diam seribu bahasa.

Kita dapati mereka merasa cukup dengan menjadi pendengar saja. Merasa cukup dengan menghadiri halaqah, pertemuan, muktamar, membaca edaran, dan buletin yang diterbitkan, lalu sudah Atau menjadi seorang yang pasif tanpa sumbangsih.

Dilihat dari sisi amal islami mana pun, mereka tetap menjadi sosok yang benar-benar tidak serius dalam mempersiapkan diri.. Beberapa bulan terus berlalu mereka hanya menyelesaikan sebuah atau dua buah buku Islam yang semestinya diselesaikan dalam waktu ~paling lama~ satu pekan oleh orang-orang yang serius dan tekun.

Problem seperti inilah yang membuat tak tergalinya berbagai potensi untuk Islam dan dien. Potensi yang semestinya tampak nyata di semua bidang amal islami; dakwah, hisbah, dan jihad…

Orang-orang yang hanya menyumbangkan sisa waktu, membelanjakan sedikit sekali dari kekayaan, serta mengerahkan upaya yang sangat minim untuk Islam ini mestinya tahu bahwa ‘Allah itu Mahabaik, tidak menerima kecuali yang baik’(HR.muslim) . Sebagaimana Allah tidak menerima sedekah yang buruk, Allah pun tidak menerima amal yang buruk, jika itu sengaja dipilih untuk Islam.

Sesungguhnya yang dikehendaki oleh Islam adalah sebagian besar waktumu, hampir seluruh hartamu, dan segarnya masa mudamu. Islam menghendaki dirimu, seluruhnya. Islam menghendakimu saat kamu bertenaga, bukan saat telah loyo. Islam menghendaki masa mudamu, masa kuatmu, masa sehatmu, dan masa perkasamu, bukan masa rentamu. Islam menghadapi semua yang terbaik, termulia, dan teragung darimu.

Tidakkah kau lihat Abu Bakar ash-Shiddiq ra menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah dan demi dakwah Islam, lalu ketika Rasulullah saw bertanya, “Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?”, beliau menjawab, “Aku tinggalkan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya.”

Tidakkah kau lihat ‘Utsman bin ‘Affan membekali seluruh pasukan perang Tabuk sendirian?(HR. Tirmidzi). Coba bayangkan, seorang diri membekali seluruh pasukan perang; senjata, perlengkapan, bekal, kuda, onta, dan kebutuhan logistiknya.. Padahal jumlah pasukan saat itu lebih dari 30.000 personil.

Coba bandingkan sumbangsih agung ini dengan realita kita hari ini. Kita bisa mendapati banyak orang islam yang kaya hari ini ~bahkan dari kalangan multazimin~ namun kita kesulitan untuk mendapati seseorang yang menanggung seluruh ‘budget’ dakwah. Saya katakan ‘dakwah’ bukan ‘jihad’. Mengapa? Sebab jihad membutuhkan harta yang tak terbatas.

Sesungguhnya Islam membutuhkan orang yang memberikan segalanya untuk diennya; kehidupannya, waktunya, hartanya, tenaganya, ruhnya, rumahnya, mobilnya, dan semua yang dimilikinya. Kita menghendaki seseorang yang ‘menjual dirinya kepada Allah’ dengan keutuhan makna kalimat ini. Kita menghendaki seseorang yang setiap harinya membawa sesuatu yang baru untuk dipersembahkan kepada Islam.

Bukankah Mush’ab bin Umeir, seorang pemuda perlente yang selalu harum dan mengenakan pakaian terbaik, seorang pemuda yang ditunggu-tunggu oleh setiap gadis Quraisy karena ketampanannya, penampilannya, kemuliaannya, dan nasabnya; bukankah ketika ia memeluk Islam ia persembahkan semuanya, ia berikan semuanya, tanpa ada sesuatu pun yang disimpannya? Sampai-sampai ia memakai baju yang penuh tambalan saat hidup, dan di saat mati...? kaum muslimin tidak mendapati kain untuk mengkafaninya?

Sepanjang hidupnya Mush’ab selalu menghadirkan sumbangsih untuk Islam di bidang dakwah dan jihad. Ia adalah da’i Islam yang pertama di Madinah. Ia adalah orang yang menyebabkan kebanyakan penduduk Madinah mendapatkan hidayah. Ia adalah peletak batu pertama bangunan daulah Islam di Madinah. Selain itu ia juga seorang pejuang agung, pembawa panji di medan Uhud, sekaligus salah satu syuhada` teragung di sana… Itulah sumbangsih yang sebenarnya bagi Islam, dien, dan jamaah Islam.

Selayaknya setiap muslim bertanya kepada dirinya sendiri setiap waktu…

Berapa orang yang telah mendapatkan hidayah dari Allah dengan perantara dirinya pekan ini? Berapa desa yang telah dimasukinya guna menyeru penduduknya kepada Allah?

Berapa banyak harta yang telah diinfakkan bagi kaum muslimin di jalan Allah dalam sepekan ini? Berapa banyak keluarga syuhada yang telah dipenuhi kebutuhannya? Berapa kali telah beramar makruf nahi munkar?

Berapa kali telah berperang menghadapi musuh-musuh Islam dan meninggalkan sesuatu yang berarti pada mereka?!

Berapa kali memperjuangkan hukum Allah dan membela kaum muslimin; darah dan kehormatan mereka?

Atau memperbaiki hubungan yang renggang antara dua orang yang tengah berseteru? Atau mengunjungi ikhwah fillah? Atau menyerunya kepada Allah dalam pekan ini?… Dan masih banyak lagi pertanyaan untuk berintrospeksi dari waktu ke waktu.

Dengan menjawab secara jujur, Anda akan tahu seberapa serius kelalaian dan peremehan yang Anda lakukan berkenaan dengan hak Allah Dan dengan itu pula Anda dapat mencoba untuk memperbaikinya sebelum Allah terlanjur menjatuhkan hukuman-Nya kepadamu dan menghalangimu dari kemuliaan beramal bagi dien-Nya

مِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ [٢:٢٠٧]

Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.(Al-Baqarah 207)

Bagaimana pendapat anda jika ada seorang buruh pabrik, ia tidak mengerjakan apa-apa, tidak menghasilkan apa-apa, kerjanya cuma mengisi daftar hadir di pagi hari lalu pulang di sore hari. Ia tidak menghabiskan waktunya di pabrik bersama teman-temannya yang bekerja dengan giat penuh semangat. Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh pemilik pabrik terhadap buruh yang satu ini? Pasti ia akan memecatnya seketika.. begitu pun dengan ikhwah yang tidak memahami Islam selain memakai baju gamis dan memanjangkan jenggot, ia pasif dan tidak mempersembahkan sesuatu pun untuk Islam, kalau pun memberi hanya sedikit atau yang tidak baik..

Hari ini Islam membutuhkan seseorang yang berkata dari nuraninya seperti ucapan Sa’ad bin Mu’adz kepada Rasulullah saw saat perang Badar; hari berat pertama yang dilalui oleh daulah Islam yang baru saja lahir di Madinah Munawwarah. Sa’ad berkata, “Silakan melangkah, wahai Rasulullah, ke mana pun Anda suka. Kami akan bersama dengan Anda. Demi yang telah mengutusmu dengan kebenaran, sekiranya Anda bawa kami ke tepi laut lalu Anda menceburkan diri ke dalamnya, niscaya kami semua akan menceburkan diri kami bersamamu, tiada satu pun yang akan ketinggalan. Sedikit pun kami tidak enggan untuk Anda pertemukan kami dengan musuh-musuh kita esok hari.”Ia juga berkata, “Sambunglah tali siapa yang Anda suka, putuskan tali siapa yang Anda suka, dan ambillah harta kami sesuka Anda, sesungguhnya apa yang Anda ambil lebih kami sukai daripada yang Anda tinggalkan”

Sungguh kalimat ini pun membawa pengaruh yang sangat dalam diri Rasul mulia, sang panglima saw. Beliau benar-benar berbahagia dan bertambah semangat dalam berperang dikarenakan perkataan Sa’ad ini. Beliau bersabda, “Maju dan bergembiralah! Sesungguhnya Allah menjanjikan kepadaku salah satu dari dua kelompok. Demi Allah, kini aku ~seakan-akan~ melihat saat kekalahan mereka.”

Islam hari ini membutuhkan rijal yang dari nurani mereka terucap kata-kata pahlawan perkasa Miqdad bin ‘Amru, tertuju kepada panglima kebenaran. Saat kepada Rasulullah saw Miqdad berkata, “Wahai Rasulullah, melangkahlah ke arah yang ditunjukkan Allah kepada Anda, kami selalu bersama Anda. Demi Allah, kami tidak akan mengatakan ucapan Bani Israil kepada Musa ‘Pergilah, kamu bersama Rabbmu, lalu berperanglah! Kami menunggu di sini.’ (al-Maidah : 24) kami akan katakan, ‘Pergilah, kamu bersama Rabbmu, lalu berperanglah! Sungguh, kami akan berperang bersamamu!’”

Katakan kepada mereka, “Kami tidak akan duduk di bangku cadangan ketika kalian beramal di jalan Allah; berdakwah, beramar makruf nahi munkar, menyuarakan kebenaran, dan berjihad fi sabilillah. Kami akan selalu bersama kalian, sesulit dan seberat apa pun keadaannya.. Hari ini Islam menghendaki setiap muslim berujar kepada dirinya sendiri, “Apakah pantas aku beristirahat, sementara saudara-saudaraku berpayah-payah di jalan Allah? Apakah pantas aku tidur nyenyak sementara saudara-saudaraku disiksa di jalan Allah? Apakah pantas aku tinggalkan amal Islami sementara aku melihat kesulitan berat dan peperangan hebat melawan musuh sedang dihadapi oleh umat Islam?”

Islam menghendaki seseorang yang mengucapkan kata-kata Abu Khaitsamah saat ia terlambat menyusul Rasulullah saw ke medan Tabuk tatkala berujar, “Rasulullah saw dibakar terik mentari, angin badai, dan panas yang menyengat. saya di bawah naungan sejuk, makanan yang tersaji, dan istri yang cantik, menunggui hartanya. Sungguh ini sangat tidak pantas.”

Kalimat-kalimat yang agung ini mestinya digumamkan oleh setiap muslim, khususnya ikhwah multazim. Kepada diri sendiri selayaknya ia berkata, “Sebagian dari saudara-saudaraku seiman kini disiksa, sebagiannya lagi diusir dan tidak mendapatkan tempat tinggal, dan sebagian yang lain dibunuh dan diintimidasi. Sedangkan aku; aku bergelimang kenikmatan, aku makan apa yang aku mau, aku minum minuman yang paling menyegarkan, di ruangan yang sejuk penuh dengan kenikmatan. Aku tidak sedikit pun memberikan sumbangsih untuk Islam. Sebaliknya, aku justru meninggalkan saudara-saudaraku menanggung semua beban berat itu! Ini benar-benar tidak pantas dan tidak adil. Demi Allah, aku akan menyusul saudara-saudaraku, berjihad bersama mereka, mengerahkan segenap upaya di jalan Allah bersama mereka. Aku akan merasakan apa yang mereka rasakan. Aku akan menanggung beban sebagaimana mereka pun menanggungnya..”

Tidak ada waktu istirahat bagi seorang muslim untuk itu. Jika kamu telah menyelesaikan satu perintah, segera kerjakan yang lainnya. Jika kamu telah menyelesaikan suatu amal untuk Islam, jangan sampai tanganmu berhenti karena suatu sebab atau yang lainnya semacam ‘ujub, membicarakannya, merenungkannya, membanggakannya, atau merasa cukup dengannya. Sebaliknya, segeralah berpayah-payah mengerjakan amal yang lainnya, begitu seterusnya..

Bukankah Rasulullah saw pun beperang 27 kali setelah usia beliau melebihi 50 tahun. Itu belum ekspedisi-ekspedisi yang hendak beliau pimpin langsung

Di mana orang-orang yang meneladani Rasulullah saw?
Di mana para pewaris Nabi itu?
Di mana orang-orang yang berjalan di jalannya, mengikuti jejak langkahnya?
Sungguh, ‘Manusia itu bagai seratus onta, tetapi hampir-hampir tidak ada satu pun yang dapat dikendarai.’



Source : Penawal Lelah Aktivis Dakwah
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Ahlu Tsughur | Tauhid Wal Jihad
Right to Copy© 2011-2013. Tak Kan Kubiarkan Islam Dihancurkan - All Rights Reserved
Template Modify By Ahlu Tsughur'
Proudly powered by Blogger