Home » » Qiyamul Lail,.. Madrasah Para Aktivis..

Qiyamul Lail,.. Madrasah Para Aktivis..

Sangatlah mengherankan jika Anda melihat ada seorang akitivis Islam yang tidak pernah mengerjakan qiyamullail. Bagaimana bisa terjadi keseimbangan yang berat itu?
Jika qiyamullail adalah kebutuhan asasi setiap muslim, lalu bagaimana dengan seorang aktivis Islam yang memikul pelbagai beban berat dari dien ini; dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, jihad, dan menyerukan kebenaran? Bukankah dalam Kitab-Nya Allah telah berfirman,
يَاءَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قُمِ اللَّيْلَ إِلاَّ قَلِيْلاً نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلاً أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلاً
Al-Muzzammil : 1-4
Mengapa mesti demikian? Jawabannya adalah ayat berikutnya
إِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلاً ثَقِيْلاً
Al-Muzzammil : 5
Ya, amanat yang berat, beban yang sulit, dan perintah-perintah yang membutuhkan ‘azam yang kuat dan himmah yang tinggi.. Amanat yang sebelumnya telah ditolak oleh langit dan bumi; keduanya khawatir tidak mampu mengembannya, lalu amanat itu dibebankan di pundak manusia.

Siapa yang mampu menunaikan kewajiban dakwah, tarbiyah, amar makruf nahi munkar, dan jihad tanpa mempersiapkan bekal? Bekal selama menempuh perjalanan menuju Allah?
Tanpa bekal seseorang akan terputus di tengah jalan dan binasa sebelum sampai ke tujuan.
Madrasah qiyamullail adalah madrasah terbesar di mana seorang muslim ditempa di sana, mengenal Rabbnya, mengenal secara mendetail nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya berikut makna yang terkandung di dalamnya.

Ia adalah madrasah khusyu’, khudlu’, tadzallul, dan inabah kepada-Nya. Karena itulah seluruh syariat ~tanpa terkecuali~ qiyamullail menjadi salah satu unsurnya.
Hendaknya setiap ikhwah mengerti bahwa tadzallul (merendahkan diri) di malam hari merupakan jalan untuk meraih ‘izzah di siang hari, sujud dan khudlu’ di malam hari merupakan jalan meraih kemuliaan di siang hari dan jalan untuk mengalahkan musuh sekaligus jalan meraih taufik dalam dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, dan juga jihad.

Sebelum membunuh Klepper, Sulaiman al-Halbiy terus-menerus menunaikan qiyamullail dan memohon kepada Allah selama sebulan pebuh di masjid Jami’ al-Azhar. Selama itu ia terus bertabattul kepada Allah dan berdoa kepada-Nya agar Dia memberikan taufik-Nya dalam upayanya membunuh musuh Allah; Klepper. Saat itu senjata yang dimiliki olehnya hanyalah sebuah golok, tidak ada yang lainnya! Meski begitu, Allah memberikan taufik-Nya dengan sebenar-benarnya. Di tangan Sulaiman terbunuhlah pemimpin Perancis tersohor setelah Napoleon yang juga panglima Angkatan Bersenjata Perancis saat itu. Di antara yang terbunuh bersama Klepper, seorang staff Engineering Angkakan Bersenjata Perancis. Semuanya ditangani oleh seorang pahlawan Islam itu, sendirian! Tempat kejadiannya: Mess Panglima Angkatan Bersenjata Perancis alias di dalam rumah Klepper sendiri!!

Shalahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang yang dengan sense keislamannya yang tajam dan ma’rifahnya terhadap Islam yang nyaris sempurna, memahami benar bahwa qiyamullail merupakan faktor terpenting dalam mengalahkan semua musuh. Shalahuddin mengerti bahwa kemenangan tidak akan terengkuh tanpa menghinakan diri di hadapan Allah. Ia juga mengerti bahwa qiyamullail adalah senjata yang paling ampuh untuk menghancurkan musuh, tiada duanya. Karena itulah setiap malam ia menyempatkan diri berkeliling ke kemah pasukan perangnya dan jika ia melihat ada kemah yang tidak dijaga dengan qiyamullail, ia akan membangunkan penghuninya dan menegur mereka, “Aku khawatir kita akan diserbu dari bagian sini, malam ini!” 
Ini adalah pemahaman yang tinggi terhadap Islam yang lurus. Shalahuddin menganggap kosongnya satu kemah dari qiyamullail merupakan kekosongan yang paling berbahaya melebihi kosongnya benteng dari penjagaan hal mana musuh bisa datang dan menyerang dari sana.
Semoga Allah merahmatimu, wahai Shalahuddin! Sungguh, kaum muslimin benar-benar tidak akan dapat mengalahkan musuh-musuh mereka dengan hanya berbekalkan jumlah pasukan dan kekuatan logistik.

Hanyasanya dengan dien inilah kemenangan akan tercapai. Sesuatu yang dengannya Allah telah memuliakan mereka. Kemenangan tercapai dengan ketaatan mereka dan kemaksiatan yang dilakukan oleh musuh-musuh mereka. Sebenarnyalah, kunci kemenangan itu ada pada kekhusyu’an dan ketundukan kepada Allah, Rabbul ‘alamin...

Adalah Khalid al-Islambuliy dan para sejawatnya, semenjak awal jihad sampai mereka menghadap Rabb mereka, dan itu terjadi belum lama, mereka senantiasa mengisi malam mereka dengan qiyamullail dan siang mereka dengan shiyam. Mereka biasa berdiri berjam-jam di malam hari untuk membaca surat-surat yang panjang dalam qiyamullail mereka. Ada salah seorang dari mereka yang diberi anugerah suara yang indah. Ia menangis di dalam shalat, dan menangis pulalah semua yang mengerjakan shalat bersamanya. Mereka semua dapat dijadikan sebagai teladan ~bagi yang mengenal mereka~ dalam urusan qiyamullail dan shiyam sunnah, juga semua bentuk ibadah. Siapa pun yang pernah bertemu dengan mereka saat itu pastilah berucap, “Mereka itu bagaikan malaikat berwujud manusia!”
Mereka, oleh karena banyaknya ibadah mereka dan tingginya ruh mereka, seakan-akan mereka berada di langit padahal mereka masih di bumi. Kiranya mereka dan orang-orang seperti merekalah yang menjadi sebab utama taufik Allah dalam salah satu ‘amaliyah jihadiyah terbesar dan sangat berbahaya di abad 20.. Selain itu, Allah telah menjadikan mereka diterima oleh penduduk bumi. Tidak ada seorang pun yang tidak suka kepada Khalid dan para pendampingnya, sampai-sampai musuh-musuh harakah Islamiyah, para muqallid, menghormati mereka. Mereka merasakan bahwa Khalid dan para sejawatnya memiliki kelebihan yang tidak mereka miliki dan bahwa kebaikan Khalid melingkar di leher mereka.

Saya dan beberapa ikhwah pernah berjumpa dengan salah seorang ulama amilin mujahidin yang tidak pernah kecolongan qiyamullail walau semalam. Setiap hari beliau mengerjakan 11 rekaat. Di dalamnya beliau baca satu juz penuh, dan beliau melipatgandakannya di bulan Ramadlan. Semua ini dengan catatan bahwa usia beliau sudah  lanjut, beliau mengidap penyakit gula, hipertensi, dan beberapa penyakit lainnya. Di belakang beliau, kami ~waktu itu kami masih muda~ merasa kecapekan; bahkan terkadang ada di antara kami yang sengaja menghindar. Padahal sebenarnya kami bertugas untuk menemani beliau di rumah sakit selama beberapa hari saja, bukan untuk selamanya. Ikhwah yang menetap bersama beliau, tentu saja mengerjakannya secara kontinyu setiap malam. Karena itulah suatu hari setelah Syekh keluar dari ujian yang menimpa beliau, saya katakan kepada diri saya sendiri, “Sesungguhnya, faktor terpenting dari kesuksesan beliau adalah qiyamullail dan shiyam yang beliau kerjakan. Meskipun para dokter selalu memperingatkan beliau tentang shiyam yang beliau kerjakan itu, meskipun beberapa kali beliau mengalami dehidarasi sebagai akibat dari penyakit gula yang beliau derita...” Aku katakan kepada diriku lagi, “Kiranya rahasia kekuatan Syekh dalam menghadapi kebatilan dan rahasia ketegarannya dalam menghadapi pelbagai kesulitan dan siksaan di saat umur beliau sudah lebih dari 50 tahun, mata telah buta, dan beberapa penyakit ganas menggerogoti tubuh beliau, kiranya rahasia itu semua adalah qiyamullail. Beliau tiada henti memompa kekuatan demi kekuatan bagi hati sehingga tertanamlah semangat yang tinggi dan tekad yang membaja. Anda akan melihat, di dalam tubuh yang lemah dan badan yang kurus kering, terdapat ‘azam yang dapat meruntuhkan gunung-gemunung dan memporak-porandakan benteng pertahanan. Semua karena tadzallul beliau kepada Allah yang terus-menerus. Semua karena kekhusyu’an beliau, ketundukan beliau kepada Allah, dan ketakutan beliau hanya kepada Allah saja.”

Setiap orang yang beramal islami semestinyalah mengambil bagian dari sabda Nabi saw.
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِيْ فِي الصَّلاَةِ
Dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat.[1]

Ada seorang salaf bertutur, “Aku sangat gembira ketika malam menjelma. Saat hidupku ‘kan segera terasa lezat, dan mataku menjadi sejuk oleh karena munajatku kepada Dzat yang aku cinta, dan karena kesendirianku bersama-Nya, serta tadzallulku di hadapan-Nya.”

Kabarnya, Abu Hurairah membagi malam menjadi tiga bagian; bagian istrinya, bagian putrinya, dan bagiannya sendiri. Dengan begitu ia sekeluarga telah menghidupkan keseluruhan malam.
Qiyamullail adalah saat mengadu bagi siapa saja yang aktif dalam amal islami. Qiyamullail adalah juga saat untuk berkeluh-kesah bagi mereka menghadapi kesulitan, beban yang berat, hambatan, rintangan, musibah, atau saat musuh menguasai mereka. Pada saat itulah ia berdiri di hadapan Rabbnya dan Penolongnya yang sebenarnya yang menguasai segala sesuatu, yang jika menghendaki sesuatu Dia akan berkata “Jadilah!” maka terjadilah yang dikehendaki-Nya itu. Ia tengah berdiri di hadapan-Nya, memohon kepada-Nya, mengharap kepada-Nya, dan mengadukan segala keluh, kesah, dan kesedihannya. Ia tengah memohon dan meminta perlindungan kepada-Nya. Maka, munajat itu akan menepis segala duka nestapa, gundah gulana. Bagaimana tidak, wong ia sudah menyerahkan urusannya kepada Raja diraja, Penguasa langit dan bumi!

Siapa pun yang aktif dalam amal islami semestinya mengerti bahwa kekhusyu’an dan ketundukannya kepada Allah di malam hari akan membuka pintu berbagai urusan, membuka pintu hatinya, dan menjadi faktor utama dari penerimaannya di muka bumi. Hanya dengan sedikit aksi dan upaya saja, bisa jadi orang-orang mendapatkan hidayah lewat tangannya. Bahkan terkadang tanpa sebab yang nyata. Barangsiapa berbuat ihsan di malam hari niscaya akan tercukupi di siang hari; dan barangsiapa berbuat ihsan di siang hari, niscaya akan tercukupi di malam hari.

Wahai saudaraku, sebenarnyalah qiyamullail adalah ‘madrasah utama’ yang akan mengajarkan kepadamu apa itu hati yang bening. Ia juga akan mendidikmu untuk meneteskan air mata taubat, khusyu’, dan ketundukan kepada Allah. Ia akan memberimu kekuatan baru untuk beramal islami dan bekal yang besar berupa tawakkal yang benar kepada Allah. Ia pun akan memberimu keberanian dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Qiyamullail akan menjadikan hatimu kuat dipenuhi oleh iman.

Hati adalah raja, anggota badan bala tentaranya. Jika sang raja baik dan kuat, bala tentara pun akan selalu mendapat kesuksesan dan kemenangan. Begitu pun sebaliknya. O..ya, hanyasanya manusia berjalan kepada Allah dengan hatinya bukan dengan anggota badannya, seperti dikatakan oleh para ulama.

Mungkin akan ada yang berkata, “Saya benar-benar disibukkan oleh amal islami, sehingga tidak tersisa waktu untuk qiyamullail.”
Kepada mereka saya katakan, “Mestinya anda semua mengerti bahwa:
Pertama, qiyamullail adalah amal islami juga, bahkan ia merupakan pokok dan pondasinya. Ia merupakan bekal terpenting bagi jamaah Islam dan daulah Islam. Karena itu pula mestinya anda semua mengerti bahwa,

Kedua, setiap ikhwan mesti melaksanakan qiyamullail. Jika waktunya longgar, badan sehat, dan jiwa bersemangat, hendaknya ia melaksanakan qiyamullail yang panjang, membaca satu juz penuh di dalamnya, ditambah memperbanyak doa di waktu sujud, serta memperbanyak dzikir lain secara umum. Jika waktunya sempit, badan kurang fit, dan jiwa pun kurang bersemangat, maka tidak mengapa ia mengerjakan qiyamullail yang pendek, atau dengan jumlah rekaat yang sama, namun hanya membaca surat-surat pendek. Membiasakan diri tidak mengerjakannya sama sekali atau meninggalkannya hampir setiap malam tidak dapat dibenarkan sama sekali.
Hendaknya para ikhwah mengerti juga, bahwa sebuah jamaah ~apa pun~ jika kontinyu mengerjakan qiyamullail dalam segala keadaan; senang, susah, lapang, sempit, mudah, dan sulit, niscaya jamaah ini akan menjadi jamaah yang berarti. Dengan itu ia telah menegakkan amal islami yang agung dan bisa jadi itu lebih baik daripada amal-amal yang lain, meski pun banyak.
Saya juga mengingatkan bahwa, menyatukan antara amal islami, kekuatan, kesungguhan, dan kontinyuitas serta kesungguhan dalam qiyamullail, membutuhkan tekad yang bulat dan keyakinan yang kuat akan urgensi seluruh perkara ini dari para aktivis. Juga, hendaknya para aktivis senantiasa merenungkan ucapan ‘Umar bin Khathab, “Jika kuisi malamku dengan tidur sungguh aku telah menyia-nyiakan jiwaku, jika kuisi siangku dengan tidur, sungguh aku telah menyia-nyiakan rakyatku.”

‘Umar bin Khathab sangat terkenal dengan qiyamullailnya yang tiada bandingannya, meski ia tengah dirundung berbagai kesulitan. Masa itu, ‘Umar memimpin sebagian besar dunia. Bukti kesungguhannya dalam menjaga qiyamullail ini, adalah banyak sahabat dan tabi’in yang berusaha untuk meneladaninya dan bertanya-tanya bagaimana sebenarnya ‘Umar menegakkannya sampai ketika ia telah wafat.
Ada seorang sahabat yang mau menikahi 11 janda ‘Umar (tentu dengan tidak melanggar batasan 4 dalam satu waktu), tidak lain dan tidak bukan kecuali untuk mencari informasi bagaimana sebenarnya ‘Umar bin Khathab melaksanakan qiyamullail. Supaya ia bisa mencontohnya!

‘Utsman bin Affan, saat menduduki kursi kekhalifan dan memerintah dunia dari ujung ke ujung, biasa mengkhatamkan al-Qur`an dalam satu malam. Kabar ini benar dibawakan oleh para imam Islam yang agung dan bukan dalam rangka memuji dan melebih-lebihkan. Kepada orang-orang yang membunuh beliau sang istri berkata, “Terserah kepada kalian, mau kalian bunuh atau tidak. Yang jelas, demi Allah ia telah menghidupkan malam dengan membaca al-Qur`an dalam satu rekaat.”

‘Abdullah bin Zubeir, meski tanggung jawabnya amat berat, sebelum atau pun setelah memerintah, sungguh ibundanya, Asma` binti Abu Bakar radliyallahu ‘anhuma berkata, “Ibnu Zubeir adalah seorang qawwam di malam hari, shawwam di siang hari. Ia digelari pilar masjid.”

Mengapa kita mesti melangkah jauh?! Adalah Rasulullah saw yang tak pernah istirahat dari mengurus ummatnya, ia yang seluruh hidupnya dipenuhi dengan jihad melawan musuh-musuh Islam, senantiasa proaktif menyeru kepada Allah, mengajari ummatnya,dan mentarbiyah sahabat-sahabatnya, qiyamullailnya tak pernah kurang dari 11 atau 13 rekaat. Jika beliau sakit atau mendapati sesuatu yang menghalangi beliau dari melaksanakannya di waktu malam, beliau menggantinya di siang hari!

Maka, kepada para aktivis Islam, para da’i, para muhtasib, dan para mujahid, hendaklah mereka meneladani guru besar dan komandan agung mereka: Rasulullah saw.
Ringkas kata, qiyamullail adalah pohon besar dan rindang yang menaungi hati dan anggota badan sekaligus. Setiap saat pohon ini memberikan hasilnya dengan seizin Rabbnya..



[1]  Diriwayatkan oleh an-Nasa`iy 7/61, Ahmad 3/128, dan Hakim dalam al-Mustadrak 2/160 dari Anas bin Nadlar ra. Al-Hakim berkata, “Hadits ini sesuai dengan syarat Muslim namun Imam al-Bukhariy dan Muslim tidak meriwayatkannya.” Ini disetujui oleh adz-Dzahabiy.








Source : Penawar Lelahg Aktivis Dakwah
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Ahlu Tsughur | Tauhid Wal Jihad
Right to Copy© 2011-2013. Tak Kan Kubiarkan Islam Dihancurkan - All Rights Reserved
Template Modify By Ahlu Tsughur'
Proudly powered by Blogger