Sangatlah mengherankan jika Anda
melihat ada seorang akitivis Islam yang tidak pernah mengerjakan qiyamullail. Bagaimana bisa terjadi
keseimbangan yang berat itu?
Jika qiyamullail adalah kebutuhan
asasi setiap muslim, lalu bagaimana dengan seorang aktivis Islam yang memikul
pelbagai beban berat dari dien ini; dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, jihad, dan
menyerukan kebenaran? Bukankah dalam Kitab-Nya Allah telah berfirman,
يَاءَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قُمِ اللَّيْلَ
إِلاَّ قَلِيْلاً نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلاً أَوْ زِدْ عَلَيْهِ
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلاً
Al-Muzzammil : 1-4
Mengapa mesti demikian? Jawabannya
adalah ayat berikutnya
إِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلاً
ثَقِيْلاً
Al-Muzzammil : 5
Ya, amanat yang berat, beban yang
sulit, dan perintah-perintah yang membutuhkan ‘azam yang kuat dan himmah
yang tinggi.. Amanat yang sebelumnya telah ditolak oleh langit dan bumi;
keduanya khawatir tidak mampu mengembannya, lalu amanat itu dibebankan di
pundak manusia.
Siapa yang mampu menunaikan
kewajiban dakwah, tarbiyah, amar makruf nahi munkar, dan jihad tanpa
mempersiapkan bekal? Bekal selama menempuh perjalanan menuju Allah?
Tanpa bekal seseorang akan terputus
di tengah jalan dan binasa sebelum sampai ke tujuan.
Madrasah qiyamullail adalah madrasah
terbesar di mana seorang muslim ditempa di sana, mengenal Rabbnya, mengenal
secara mendetail nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya berikut makna yang
terkandung di dalamnya.
Ia adalah madrasah khusyu’, khudlu’,
tadzallul, dan inabah kepada-Nya. Karena itulah seluruh syariat ~tanpa
terkecuali~ qiyamullail menjadi salah satu unsurnya.
Hendaknya setiap ikhwah mengerti
bahwa tadzallul (merendahkan diri) di
malam hari merupakan jalan untuk meraih ‘izzah
di siang hari, sujud dan khudlu’ di
malam hari merupakan jalan meraih kemuliaan di siang hari dan jalan untuk
mengalahkan musuh sekaligus jalan meraih taufik dalam dakwah, amar ma’ruf nahi
munkar, dan juga jihad.
Sebelum
membunuh Klepper, Sulaiman al-Halbiy terus-menerus menunaikan qiyamullail dan
memohon kepada Allah selama sebulan pebuh di masjid Jami’ al-Azhar. Selama itu
ia terus bertabattul kepada Allah dan
berdoa kepada-Nya agar Dia memberikan taufik-Nya dalam upayanya membunuh musuh
Allah; Klepper. Saat itu senjata yang dimiliki olehnya hanyalah sebuah golok,
tidak ada yang lainnya! Meski begitu, Allah memberikan taufik-Nya dengan
sebenar-benarnya. Di tangan Sulaiman terbunuhlah pemimpin Perancis tersohor
setelah Napoleon yang juga panglima Angkatan Bersenjata Perancis saat itu. Di
antara yang terbunuh bersama Klepper, seorang staff Engineering Angkakan
Bersenjata Perancis. Semuanya ditangani oleh seorang pahlawan Islam itu,
sendirian! Tempat kejadiannya: Mess Panglima Angkatan Bersenjata Perancis alias
di dalam rumah Klepper sendiri!!
Shalahuddin al-Ayyubi adalah salah
seorang yang dengan sense keislamannya yang tajam dan ma’rifahnya terhadap
Islam yang nyaris sempurna, memahami benar bahwa qiyamullail merupakan faktor terpenting
dalam mengalahkan semua musuh. Shalahuddin mengerti bahwa kemenangan tidak akan
terengkuh tanpa menghinakan diri di hadapan Allah. Ia juga mengerti bahwa
qiyamullail adalah senjata yang paling ampuh untuk menghancurkan musuh, tiada
duanya. Karena itulah setiap malam ia menyempatkan diri berkeliling ke kemah
pasukan perangnya dan jika ia melihat ada kemah yang tidak dijaga dengan qiyamullail, ia akan membangunkan penghuninya dan
menegur mereka, “Aku khawatir kita akan diserbu dari bagian sini, malam
ini!”
Ini adalah pemahaman yang tinggi
terhadap Islam yang lurus. Shalahuddin menganggap kosongnya satu kemah dari
qiyamullail merupakan kekosongan yang paling berbahaya melebihi kosongnya
benteng dari penjagaan hal mana musuh bisa datang dan menyerang dari sana.
Semoga Allah merahmatimu, wahai
Shalahuddin! Sungguh, kaum muslimin benar-benar tidak akan dapat mengalahkan
musuh-musuh mereka dengan hanya berbekalkan jumlah pasukan dan kekuatan
logistik.
Hanyasanya dengan dien inilah
kemenangan akan tercapai. Sesuatu yang dengannya Allah telah memuliakan mereka.
Kemenangan tercapai dengan ketaatan mereka dan kemaksiatan yang dilakukan oleh
musuh-musuh mereka. Sebenarnyalah, kunci kemenangan itu ada pada kekhusyu’an
dan ketundukan kepada Allah, Rabbul
‘alamin...
Adalah
Khalid al-Islambuliy dan para sejawatnya, semenjak awal jihad sampai mereka
menghadap Rabb mereka, dan itu terjadi belum lama, mereka senantiasa mengisi
malam mereka dengan qiyamullail dan siang mereka dengan shiyam. Mereka biasa
berdiri berjam-jam di malam hari untuk membaca surat-surat yang panjang dalam
qiyamullail mereka. Ada salah seorang dari mereka yang diberi anugerah suara
yang indah. Ia menangis di dalam shalat, dan menangis pulalah semua yang
mengerjakan shalat bersamanya. Mereka semua dapat dijadikan sebagai teladan
~bagi yang mengenal mereka~ dalam urusan qiyamullail dan shiyam sunnah, juga
semua bentuk ibadah. Siapa pun yang pernah bertemu dengan mereka saat itu
pastilah berucap, “Mereka itu bagaikan malaikat berwujud manusia!”
Mereka, oleh karena banyaknya ibadah
mereka dan tingginya ruh mereka, seakan-akan mereka berada di langit padahal
mereka masih di bumi. Kiranya mereka dan orang-orang seperti merekalah yang
menjadi sebab utama taufik Allah dalam salah satu ‘amaliyah jihadiyah terbesar dan sangat berbahaya di abad 20..
Selain itu, Allah telah menjadikan mereka diterima oleh penduduk bumi. Tidak
ada seorang pun yang tidak suka kepada Khalid dan para pendampingnya,
sampai-sampai musuh-musuh harakah Islamiyah, para muqallid, menghormati mereka. Mereka merasakan bahwa Khalid dan
para sejawatnya memiliki kelebihan yang tidak mereka miliki dan bahwa kebaikan
Khalid melingkar di leher mereka.
Saya dan beberapa ikhwah pernah
berjumpa dengan salah seorang ulama amilin
mujahidin yang tidak pernah kecolongan qiyamullail walau semalam. Setiap hari
beliau mengerjakan 11 rekaat. Di dalamnya beliau baca satu juz penuh, dan
beliau melipatgandakannya di bulan Ramadlan. Semua ini dengan catatan bahwa
usia beliau sudah lanjut, beliau mengidap penyakit gula,
hipertensi, dan beberapa penyakit lainnya. Di belakang beliau, kami ~waktu itu
kami masih muda~ merasa kecapekan; bahkan terkadang ada di antara kami yang
sengaja menghindar. Padahal sebenarnya kami bertugas untuk menemani beliau di
rumah sakit selama beberapa hari saja, bukan untuk selamanya. Ikhwah yang
menetap bersama beliau, tentu saja mengerjakannya secara kontinyu setiap malam.
Karena itulah suatu hari setelah Syekh keluar dari ujian yang menimpa beliau,
saya katakan kepada diri saya sendiri, “Sesungguhnya, faktor terpenting dari
kesuksesan beliau adalah qiyamullail dan shiyam yang beliau kerjakan. Meskipun
para dokter selalu memperingatkan beliau tentang shiyam yang beliau kerjakan
itu, meskipun beberapa kali beliau mengalami dehidarasi sebagai akibat dari
penyakit gula yang beliau derita...” Aku katakan kepada diriku lagi, “Kiranya
rahasia kekuatan Syekh dalam menghadapi kebatilan dan rahasia ketegarannya
dalam menghadapi pelbagai kesulitan dan siksaan di saat umur beliau sudah lebih
dari 50 tahun, mata telah buta, dan beberapa penyakit ganas menggerogoti tubuh
beliau, kiranya rahasia itu semua adalah qiyamullail. Beliau tiada henti
memompa kekuatan demi kekuatan bagi hati sehingga tertanamlah semangat yang
tinggi dan tekad yang membaja. Anda akan melihat, di dalam tubuh yang lemah dan
badan yang kurus kering, terdapat ‘azam
yang dapat meruntuhkan gunung-gemunung dan memporak-porandakan benteng
pertahanan. Semua karena tadzallul beliau kepada Allah yang terus-menerus.
Semua karena kekhusyu’an beliau, ketundukan beliau kepada Allah, dan ketakutan
beliau hanya kepada Allah saja.”
Setiap orang yang
beramal islami semestinyalah mengambil bagian dari sabda Nabi saw.
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِيْ فِي
الصَّلاَةِ
Dan dijadikan penyejuk
mataku di dalam shalat.[1]
Ada seorang salaf
bertutur, “Aku sangat gembira ketika malam menjelma. Saat hidupku ‘kan segera
terasa lezat, dan mataku menjadi sejuk oleh karena munajatku kepada Dzat yang
aku cinta, dan karena kesendirianku bersama-Nya, serta tadzallulku di hadapan-Nya.”
Kabarnya, Abu Hurairah
membagi malam menjadi tiga bagian; bagian istrinya, bagian putrinya, dan
bagiannya sendiri. Dengan begitu ia sekeluarga telah menghidupkan keseluruhan
malam.
Qiyamullail adalah saat
mengadu bagi siapa saja yang aktif dalam amal islami. Qiyamullail adalah juga
saat untuk berkeluh-kesah bagi mereka menghadapi kesulitan, beban yang berat,
hambatan, rintangan, musibah, atau saat musuh menguasai mereka. Pada saat
itulah ia berdiri di hadapan Rabbnya dan Penolongnya yang sebenarnya yang
menguasai segala sesuatu, yang jika menghendaki sesuatu Dia akan berkata
“Jadilah!” maka terjadilah yang dikehendaki-Nya itu. Ia tengah berdiri di
hadapan-Nya, memohon kepada-Nya, mengharap kepada-Nya, dan mengadukan segala
keluh, kesah, dan kesedihannya. Ia tengah memohon dan meminta perlindungan
kepada-Nya. Maka, munajat itu akan menepis segala duka nestapa, gundah gulana.
Bagaimana tidak, wong ia sudah
menyerahkan urusannya kepada Raja diraja, Penguasa langit dan bumi!
Siapa pun yang aktif
dalam amal islami semestinya mengerti bahwa kekhusyu’an dan ketundukannya
kepada Allah di malam hari akan membuka pintu berbagai urusan, membuka pintu
hatinya, dan menjadi faktor utama dari penerimaannya di muka bumi. Hanya dengan
sedikit aksi dan upaya saja, bisa jadi orang-orang mendapatkan hidayah lewat
tangannya. Bahkan terkadang tanpa sebab yang nyata. Barangsiapa berbuat ihsan
di malam hari niscaya akan tercukupi di siang hari; dan barangsiapa berbuat
ihsan di siang hari, niscaya akan tercukupi di malam hari.
Wahai saudaraku,
sebenarnyalah qiyamullail adalah ‘madrasah utama’ yang akan mengajarkan
kepadamu apa itu hati yang bening. Ia juga akan mendidikmu untuk meneteskan air
mata taubat, khusyu’, dan ketundukan kepada Allah. Ia akan memberimu kekuatan
baru untuk beramal islami dan bekal yang besar berupa tawakkal yang benar
kepada Allah. Ia pun akan memberimu keberanian dalam menghadapi musuh-musuh
Islam. Qiyamullail akan menjadikan hatimu kuat dipenuhi oleh iman.
Hati adalah raja,
anggota badan bala tentaranya. Jika sang raja baik dan kuat, bala tentara pun
akan selalu mendapat kesuksesan dan kemenangan. Begitu pun sebaliknya. O..ya,
hanyasanya manusia berjalan kepada Allah dengan hatinya bukan dengan anggota
badannya, seperti dikatakan oleh para ulama.
Mungkin akan ada yang
berkata, “Saya benar-benar disibukkan oleh amal islami, sehingga tidak tersisa
waktu untuk qiyamullail.”
Kepada mereka saya
katakan, “Mestinya anda semua mengerti bahwa:
Pertama, qiyamullail adalah amal islami juga, bahkan
ia merupakan pokok dan pondasinya. Ia merupakan bekal terpenting bagi jamaah
Islam dan daulah Islam. Karena itu pula mestinya anda semua mengerti bahwa,
Kedua, setiap ikhwan mesti melaksanakan
qiyamullail. Jika waktunya longgar, badan sehat, dan jiwa bersemangat, hendaknya
ia melaksanakan qiyamullail yang panjang, membaca satu juz penuh di dalamnya,
ditambah memperbanyak doa di waktu sujud, serta memperbanyak dzikir lain secara
umum. Jika waktunya sempit, badan kurang fit, dan jiwa pun kurang bersemangat,
maka tidak mengapa ia mengerjakan qiyamullail yang pendek, atau dengan jumlah
rekaat yang sama, namun hanya membaca surat-surat pendek. Membiasakan diri
tidak mengerjakannya sama sekali atau meninggalkannya hampir setiap malam tidak
dapat dibenarkan sama sekali.
Hendaknya para ikhwah
mengerti juga, bahwa sebuah jamaah ~apa pun~ jika kontinyu mengerjakan
qiyamullail dalam segala keadaan; senang, susah, lapang, sempit, mudah, dan
sulit, niscaya jamaah ini akan menjadi jamaah yang berarti. Dengan itu ia telah
menegakkan amal islami yang agung dan bisa jadi itu lebih baik daripada
amal-amal yang lain, meski pun banyak.
Saya juga mengingatkan
bahwa, menyatukan antara amal islami, kekuatan, kesungguhan, dan kontinyuitas
serta kesungguhan dalam qiyamullail, membutuhkan tekad yang bulat dan keyakinan
yang kuat akan urgensi seluruh perkara ini dari para aktivis. Juga, hendaknya
para aktivis senantiasa merenungkan ucapan ‘Umar bin Khathab, “Jika kuisi
malamku dengan tidur sungguh aku telah menyia-nyiakan jiwaku, jika kuisi
siangku dengan tidur, sungguh aku telah menyia-nyiakan rakyatku.”
‘Umar bin Khathab sangat
terkenal dengan qiyamullailnya yang tiada bandingannya, meski ia tengah
dirundung berbagai kesulitan. Masa itu, ‘Umar memimpin sebagian besar dunia.
Bukti kesungguhannya dalam menjaga qiyamullail ini, adalah banyak sahabat dan
tabi’in yang berusaha untuk meneladaninya dan bertanya-tanya bagaimana
sebenarnya ‘Umar menegakkannya sampai ketika ia telah wafat.
Ada seorang sahabat yang
mau menikahi 11 janda ‘Umar (tentu dengan tidak melanggar batasan 4 dalam satu
waktu), tidak lain dan tidak bukan kecuali untuk mencari informasi bagaimana
sebenarnya ‘Umar bin Khathab melaksanakan qiyamullail. Supaya ia bisa
mencontohnya!
‘Utsman bin Affan, saat
menduduki kursi kekhalifan dan memerintah dunia dari ujung ke ujung, biasa
mengkhatamkan al-Qur`an dalam satu malam. Kabar ini benar dibawakan oleh para
imam Islam yang agung dan bukan dalam rangka memuji dan melebih-lebihkan.
Kepada orang-orang yang membunuh beliau sang istri berkata, “Terserah kepada
kalian, mau kalian bunuh atau tidak. Yang jelas, demi Allah ia telah
menghidupkan malam dengan membaca al-Qur`an dalam satu rekaat.”
‘Abdullah bin Zubeir,
meski tanggung jawabnya amat berat, sebelum atau pun setelah memerintah,
sungguh ibundanya, Asma` binti Abu Bakar radliyallahu ‘anhuma berkata, “Ibnu Zubeir
adalah seorang qawwam di malam hari, shawwam di siang hari. Ia digelari pilar
masjid.”
Mengapa kita mesti
melangkah jauh?! Adalah Rasulullah saw yang tak pernah istirahat dari mengurus
ummatnya, ia yang seluruh hidupnya dipenuhi dengan jihad melawan musuh-musuh
Islam, senantiasa proaktif menyeru kepada Allah, mengajari ummatnya,dan
mentarbiyah sahabat-sahabatnya, qiyamullailnya tak pernah kurang dari 11 atau
13 rekaat. Jika beliau sakit atau mendapati sesuatu yang menghalangi beliau
dari melaksanakannya di waktu malam, beliau menggantinya di siang hari!
Maka, kepada para
aktivis Islam, para da’i, para muhtasib,
dan para mujahid, hendaklah mereka meneladani guru besar dan komandan agung
mereka: Rasulullah saw.
Ringkas kata,
qiyamullail adalah pohon besar dan rindang yang menaungi hati dan anggota badan
sekaligus. Setiap saat pohon ini memberikan hasilnya dengan seizin Rabbnya..
[1] Diriwayatkan oleh
an-Nasa`iy 7/61, Ahmad 3/128, dan Hakim dalam al-Mustadrak 2/160 dari Anas bin
Nadlar ra. Al-Hakim berkata, “Hadits ini sesuai
dengan syarat Muslim namun Imam al-Bukhariy dan Muslim tidak meriwayatkannya.”
Ini disetujui oleh adz-Dzahabiy.
Source : Penawar Lelahg Aktivis Dakwah
Posting Komentar